Nonfiksi

jadie: tangis tanpa suara

Dalam penulisan JADIE: TANGIS TANPA SUARA, masalah yang ingin dikemukakan secara khusus oleh Torey adalah kesulitan para pakar dalam menafsirkan perilaku yang terganggu. Pada saat menulis JADIE: TANGIS TANPA SUARA, Torey memprihatinkan sejumlah orang yang ikut-ikutan menganut berbagai “aliran”, seperti penganiayaan sekeji iblis dan penganiayaan ritual, gangguan kepribadian ganda, dan sebagainya. Torey juga ingin menunjukkan betapa sulitnya dari sudut pandang para pakar untuk bisa menentukan apa yang sesungguhnya terjadi – dan betapa mudahnya bias pribadi mempengaruhi diagnosis.

JADIE: TANGIS TANPA SUARA adalah buku pertama Torey yang membuat penerbitnya geram dan mengembalikannya untuk ditulis-ulang. Penerbit tidak menyukai akhir kisahnya yang tidak jelas. Karena ini kisah sejati dan bukan fiksi, bagi Torey amatlah sulit menampilkan akhir yang lebih sesuai. Masalah ini akhirnya diselesaikan dengan memuat epilog panjang, yang harus ditulis sampai lima belas kali sebelum akhirnya bisa diterima.

JADIE: TANGIS TANPA SUARA menjadi buku Torey yang paling populer setelah SHEILA: LUKA HATI SEORANG GADIS KECIL. Buku ini termasuk dalam daftar buku laris di lima negara.

Torey masih belum tahu pasti apa yang terjadi selanjutnya pada Jadie.

kevin: belenggu masa lalu

Torey juka menangani Sheila dan Jadie pada saat dia menangani Kevin.

KEVIN: BELENGGU MASA LALU tetap menjadi buku favorit Torey selama bertahun-tahun. “Saya merasa menemukan suara tulisan saya dalam buku KEVIN: BELENGGU MASA LALU,” katanya. “Pengalaman saya yang masih dangkal terlalu menonjolkan kasih sayang pada buku SHEILA: LUKA HATI SEORANG GADIS KECIL dan saya pasti akan menulis-ulang seluruh buku MEREKA BUKAN ANAKKU: JALINAN KASIH YANG TERSISIH, seandainya saja saya boleh memilih.”

luca hati seorang gadis kecil

LUKA HATI SEORANG GADIS KECIL tidak mulai ditulis sebagai sebuah buku. Torey menulisnya sebagai kisah pribadi untuk mencatat bagi dirinya sendiri pengalamannya yang luar biasa bersama Sheila. Barulah setelah cerita itu selesai, dia mempertimbangkan untuk menerbitkannya.

LUKA HATI SEORANG GADIS KECIL adalah buku pertama Torey dan merupakan naskah pertama yang pernah diserahkannya untuk diterbitkan. Ceritanya sendiri ditulis dengan amat cepat – hanya delapan hari dari awal sampai akhir. Lalu, dibutuhkan waktu hanya 42 hari sejak dia menulis LUKA HATI SEORANG GADIS KECIL sampai menandatangani kontrak dengan G.P. Putnam’s Sons untuk menerbitkannya.

LUKA HATI SEORANG GADIS KECIL saat ini sudah terbit dalam 28 bahasa dan sudah diadaptasi dalam berbagai format, antara lain opera satu babak, sandiwara boneka Jepang, dan sinetron untuk TV.

mereka bukan anakku: jalinan kasih yang tersisih

Ini adalah buku yang membuat Torey tidak mampu membacanya lagi. Buku ini ditulis dengan sangat cepat, sekitar 20 halaman per hari. Saat menulisnya, Torey sangat disibukkan oleh kelasnya di dunia nyata, sehingga tidak punya banyak waktu untuk menelaahnya kembali. Katanya, sekarang dia tidak sanggup membacanya karena “penulisannya benar-benar buruk” dan hal itu membuat buku ini kurang memuaskan hatinya.

Torey mengakui satu alasan lain yang menyebabkannya tidak sanggup kembali membaca buku ini. Alasannya adalah karena MEREKA BUKAN ANAKKU: JALINAN KASIH YANG TERSISIH “ibarat buku balas dendam”, yang mengungkapkan perasaan frustrasinya pada guru yang ditampilkan sebagai Edna dalam buku itu, selain juga merasa kesal pada hukum yang berlaku.

“Buku ini mungkin bisa menjadi buku yang lebih bagus seandainya saja saya tidak terlalu geram saat sedang menulisnya,” demikian katanya.

murid istimewa: jerit lirih seorang sahabat

Mula-mula, Torey tidak merencanakan untuk menulis tentang Ladbrooke dalam buku MURID ISTIMEWA: JERIT LIRIH SEORANG SAHABAT ini. Dia hanya berniat menulis tentang anak-anak dan menyertakan Ladbrooke hanya sebagai pembantu di kelas. Namun, di saat naskah sedang dalam proses penulisan, Torey juga tercengang karena ternyata naskah itu malah bercerita tentang Ladbrooke.

Torey panik karena mungkin saja penerbitnya tidak akan menyukai penyimpangan kisah ini dari sinopsis yang telah mereka beli. Dia mengirimkan naskah setebal 250 halaman yang belum tuntas itu kepada penyuntingnya menjelang Natal tahun itu untuk mengetahui apakah dia bisa melanjutkan kisah itu. Syukurlah, ternyata semuanya menyukai “kisah yang bercerita sendiri” itu.

sheila: kenangan yang hilang

Pada awalnya Torey tidak ingin menulis sekuel buku LUKA HATI SEORANG GADIS KECIL. Ketika versi bahasa Inggrisnya terbit, penyuntingnya berpendapat bahwa kehidupan Sheila setelah meninggalkan kelas Torey demikian memilukan sehingga lebih baik tidak usah diceritakan lagi. Torey juga merasa pastilah sulit melanjutkan cerita LUKA HATI SEORANG GADIS KECIL sebab buku ini ibaratnya “seperti kisah dongeng” dan meninggalkan kesan bagi pembacanya bahwa kisah “berakhir bahagia untuk selamanya”. Kehadiran sekuel akan membuat “kehidupan nyata” menjadi sangat jelas.

Pada akhirnya Torey menulis SHEILA: KENANGAN YANG HILANG untuk menjawab tantangan Sheila, yang secara bercanda mengatakan bahwa Torey tak akan pernah menulisnya.

Twilight Children

Dari semula menangani anggota keluarga dan petugas perawatan dan kemudian beralih menghadapi tantangan untuk membangun kepercayaan, Hayden menceritakan pengalamannya dan berbagai terobosan kecil yang mencengangkan yang membangkitkan harapan. TWILIGHT CHILDREN adalah kisah tentang seorang wanita yang bertekad kuat dan tiga orang yang berjuang melawan kemusykilan yang luar biasa. Dikisahkan dengan penuh kasih sayang, kepekaan, dan humor, buku ini adalah buku yang kuat dan tak mudah dilupakan, yang mengingatkan kita pada kekuatan dan keindahan jiwa manusia.

venus: duka lara si anak cantik

Tahun ajaran berikutnya ternyata menjadi tahun yang sangat melelahkan, membingungkan, dan terutama juga sangat memuaskan bagi kariernya. Torey berjuang keras untuk bisa menjangkau seorang anak pendiam yang sangat menderita dan mendalam kebutuhannya, dan sekaligus menciptakan suasana belajar dan kerja sama di dalam kelas yang cenderung kacau-balau.

Tahun itu ibarat sebuah perjalanan yang sangat melelahkan yang sarat dengan kesulitan yang tampaknya mustahil bisa diatasi. Selain itu juga diperparah oleh pengungkapan yang sangat mengerikan – namun sesekali dibuat lega oleh terobosan kecil yang mengagumkan – tatkala guru yang tabah itu tetap memegang teguh tekadnya untuk menolong anak “yang tak bisa diharapkan” itu. Dia juga dengan sabar dan penuh kasih membimbingnya menuju cahaya, menyambut hari baru.

Dalam kisah yang sangat mengharukan ini, Torey Hayden sekali lagi menampilkan wawasan, kecendekiaan, kejenakaan, dan, yang terpenting, hati yang kuat yang membuat buku-bukunya yang terdahulu bukan saja buku laris yang fenomenal di seluruh dunia, tetapi merupakan bacaan wajib bagi siapa saja yang tersentuh atau tertarik oleh penanganan anak-anak yang terganggu emosinya.